Senin, 24 Desember 2012

KISAH SUKSES SHOLEHQUL HADI SAg.



Sholehqul Hadi Sag.
Puluhan Juta dari Bisnis Kerupuk Rambak Tiara

Adalah Sholehqul Hadi S.ag., bermodal semangat dan ketekunan, pria asal Pekalongan ini mampu mengembangkan usaha kerupuk rambak bermerek “TIARA”.
Usaha keras dan semangat membara membuat usahanya mekar. Kini bisnis kerupuk rambaknya mampu membawa omzet cukup besar  per bulan. Tidak kalah hasilnya sama pegawai kantoran. Renyah kan?
Ketertarikan Sholeh untuk mulai berbisnis sebenarnya datang dari tekanan ekonomi yang mengimpit kehidupannya. Sebagai buruh ditempat penjualan Gas LPG harus menghidupi Istri dengan anaknya, gaji Sholeh tak cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Dari situ saya menguatkan tekad menambah penghasilan,” ujar Sholeh yang mulai usaha sejak  2006 dengan memutuskan keluar dari kerjanya.
Pilihannya jatuh pada usaha kerupuk rambak TIARA. Selain modalnya tak besar, dalam hitungan Sholeh, keuntungannya lumayan. “Bisa sekitar 20 persen lebih dari omzet,” ujar Sholeh. Ilmu perkerupukan dia pelajari dari Farida yang telah lebih dahulu sukses “berbisnis” krupuk sekaligus pemilik produksi.
Tanpa pikir panjang, Sholeh memulai berjualan Krupuk Rambak dengan membeli kiloan yang kemudian dikemas sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun  karena  modal yang minim, uang Sholeh tak cukup untuk membeli krupuk sebanyak 10Kg yang waktu hanya seharga Rp. 10.000,-  belum plastic pembungkus label dan mesin las plastic, beruntung pemilik usaha krupuk Farida mengijinkan untuk pengambilan dengan pembayaran tempo.
Awalnya sempat  ragu sebagai sarjana harus berjualan kerupuk yang kebanyakan orang menilai “enteng” mengumpulkan uang kecil dan nggak bergengsi . “Tak mengapa, yang penting bisa usaha,” ujar Sholeh mengenang.
“Orang tidak mengetahui sebenarnya berjualan kerupuk merupakan komoditi yang sangat menjanjikan, bagaimana tidak kerupuk merupakan makanan ringan yang tidak mengenal musim, harganya terjangkau oleh semua kalangan dan disukai oleh semua orang. Bahkan di masyarakat telah menjadi kebiasaan makan tanpa kerupuk terasa ada yang kurang,” Katanya berteori.
Namun memasarkan kerupuk rambak dagangannya ternyata tak semudah membalik telapak tangan. Maklum, banyak pemain kerupuk . Tapi Sholeh tak menyerah. Dia tahu persis kerupuk Rambak adalah kudapan paling dicari oleh warga sebagai pelengkap makan dan sebagai makanan ringan ,” ujar dia.
Makanya, sasaran utama Sholeh adalah para tetangga, kerabat  dan sanak famili. Untuk itu, Sholeh menawarkan  dagangannya kepada mereka  sebagai jaringan bisnis awal yang dibangunnya.
Sholeh merasa terdongkrak dengan kualitas rasa kerupuk rambak bikinan Farida. Komposisi bahan dan bumbu serta pengolahan yang seksama menghasilkan rasa kerupuk berbeda dengan yang telah ada, gurih,renyah dan tidak membuat gatal di tenggorokan. “Dengan begitu, rasa gurihnya benar-benar  lebih terasa,” ujar Sholeh. “ Pokoknya kalau sudah makan krupuk rambak Tiara ini nggak bakalan bisa berhenti kalau belum habis”,katanya menyakinkan.
Tak puas hanya menjual kerupuk ke tetangga dan saudara-saudara, Sholeh berharap bisa menjual produknya lebih luas. Terpikir olehnya untuk berpromosi secara besar-besaran. Namun, kendalanya, dia tak punya modal. Padahal, dari promosi Sholeh yakin bisa mengembangkan usaha.Sholeh pun menawarkan kerupuk Rambakmya  ke warung-warung makan, bakso,mie ayam dan warung kelontong yang sangat banyak disepanjang jalan . “Dari situ, pesanan kepada saya mulai mengalir hingga sekarang,” ujar Sholeh.
Kini Sholeh  menjajakan kerupuk rambak   di rumah yang telah dibelinya sekitar 4 tahun berdagang, Rumah yang berlokasi di Komplek Pandana Merdeka Ngaliyan Semarang. Kini  selain kerupuk yang ada  di rumahnya juga sebagai tambahan  membuka agen penjualan LPG seperti semula dia bekerja dahulu.Dalam menjalankan usahanya kini Sholeh telah dibantu dengan karyawannya.
 Sholeh mengaku untung yang didapat lumayan besar. Baginya, kerupuk “TIARA”  sekarang  sudah cukup dikenal  cukup membuatnya senang. “Sehungga  banyak pembeli , usaha saya terus berputar kan?” ujar Sholeh
Sholeh yakin, jika banyak konsumen mengenal dan mencicipi produknya, pasti sebagian di antaranya akan kembali datang. “Kualitas produk nomor satu diyakini dapat menarik pelanggan membeli kembali,” ujar dia yakin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar